“Bayi kuning saat baru lahir adalah normal. Namun, para orang tua harus mewaspadai beberapa tanda bahaya pada bayi kuning yang tidak boleh diabaikan.”
Menunggu kelahiran buah hati adalah momen yang ditunggu-tunggu. Semua orang tua menginginkan bayinya terlahir sehat dan selamat. Namun, para orang tua harus mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir. Salah satunya adalah gejala kuning pada bayi.
Dalam kebanyakan kasus, kulit bayi baru lahir akan berubah warna menjadi merah atau kebiruan segera setelah lahir. Ketika bayi mulai bernapas, warna kulitnya akan berangsur-angsur menjadi cerah. Bayi baru lahir memiliki kulit yang membuat pembuluh darah di bawah kulit terlihat, serta masi memiliki sedikit kandungan pigmen. Kulit bayi akan menebal dan berubah warna seiring bertambahnya usia.
Gejala kuning pada bayi, atau disebut penyakit kuning, sering terjadi pada bayi. Bayangan kuning ini akan terlihat jelas pada kulit dan mata anak. Dalam kondisi umum, keadaan kuning pada bayi dapat dicegah dalam waktu sekitar empat belas hari dengan menjemur di bawah sinar matahari pagi dan memberikan lebih banyak ASI pada si buah hati. Mungkinkah kondisi bayi kuning ini dapat terjadi hingga usia bayi mencapai hingga 1 bulan?
Berbahayakah penyakit kuning pada bayi baru lahir?
Penyakit kuning adalah menguningnya kulit dan mata pada bayi dan normal terjadi pada bayi baru lahir. Dr, Martina Siboe mengatakan bahwa 60% bayi akan mengalami kuning saat baru lahir, tetapi hanya 10% diantaranya yang memerlukan terapi sinar. Pada umumnya, penyakit kuning yang normal terjadi karena usia sel darah merah bayi baru lahir berumur pendek yakni sekitar 70-90 hari.
“Jadi secara normal terjadi pemecahan sel darah, produk terakhir dari pemecahan sel darah ini adalah bilirubin. Terdapat bilirubin yang larut dan tidak larut, air. Bilirubin akan diproses sehingga akhirnya akan dibuang melalui tinja dan urin,” jelas Dr. Martina.
Untuk mengetahui apakah penyakit kuning yang dialami oleh si kecil berbahaya atau tidak, para orang tua dapat memantau berat badan bayi saat baru lahir dibandingkan dengan saat bayi tampak kuning. Pasalnya, berat badan bayi yang menurun bisa menjadi salah satu penyebab kuning pada bayi di awal kehidupannya.
“Memang cadangan makanan bayi bisa bertahan 1-2 hari, namun jika kehilangan berat badan yang sangat banyak misalnya lebih dari 10% maka itu bisa juga memicu kuning,” tambahnya.
Selain itu Anda bisa memeriksanya dengan skor kramer yaitu metode untuk menentukan kadar bilirubin (zat kuning) yang dibagi menjadi 5 derajat skor. Skor 1 jika kuning pada daerah muka dan leher. Skor 2, kuning meluas hingga dada dan perut. Skor 3, kuning semakin meluas hingga paha. Skor 4 hingga mencapai pergelangan kaki. Dan skor 5, saat kuning meluas hingga telapak kaki dan tangan. Hal ini bisa dilakukan untuk para orang tua memeriksa penyakit kuning dengan cara meregangkan kulit bayi di saat pandemi dimana kondisi tidak memungkinkan untuk ke dokter.
Dr. Martina juga mengimbau, untuk memeriksakan kondisi si kecil jika tampak semakin kuning.. Bayi yang tiba-tiba kuning, lemas, terjadi penurunan berat badan, frekuensi buang air kecil atau BAB yang jarang dan malas menyusu. Dikhawatirkan si kecil mengalami dehidrasi, dan perlu dievaluasi apakah terdapat infeksi pada bayi. Kondisi tersebut termasuk tanda bahaya yang terjadi pada bayi kuning.
Penyebab Bayi Kuning
Banyak faktor yang menyebabkan bayi terlahir dengan kondisi kuning. Berikut penyebab bayi kuning yang harus Anda ketahui:
Bilirubin tinggi
Untuk bayi baru lahir bisa mengalami hiperbilirubinemia atau peningkatan bilirubin diatas batas dari minggu pertamanya. Hal ini bisa berkaitan dengan produksi bilirubinnya sangat tinggi akibat pemecahannya yang banyak sehingga menyebabkan bayi kuning. Bilirubin tinggi juga bisa disebabkan oleh kurangnya zat pengangkut seperti protein, bayi kurang minum dan protein tidak cukup sehingga kekurangan cairan.
“Karena bilirubin dibuang melalui urine, jika bayi kurang cairan jadinya bilirubin tidak terbuang maksimal” kata Dr. Martina.
Breastfeeding Jaundice
Breastfeeding jaundice merupakan kuning pada bayi yang disebabkan kurangnya cairan yang diminum oleh bayi. Breastfeeding jaundice bisa muncul di awal kehidupan si kecil, namun bisa juga muncul setelah 1-2 minggu. Semakin sering frekuensi BAB bayi yang mengeluarkan bilirubin, maka akan semakin sedikit yang terserap oleh tubuh bayi. Ini mengapa, bayi baru lahir untuk minum ASI agar bilirubin dikeluarkan secara maksimal.
Perbedaan golongan darah antara ibu
Perbedaan golongan darah bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kuning pada bayi. Dr. Martina menjelaskan bayi kuning karena perbedaan golongan darah hanya untuk golongan darah tertentu dan rhesus. Jika golongan darah bayi berbeda dengan ibunya, maka tubuh ibu akan menghasilkan antibodi yang dapat memecahkan banyak sel darah merah bayi. Sehingga bilirubin yang keluar semakin banyak dan meningkat.
“ Ini terjadi jika misalnya golongan darah mama O+, golongan darah bayi A/B, sehingga mama akan mengeluarkan antibodi yang akan menembus sel darah merah plasenta. Oleh karena itu ketika si bayi lahir, dengan adanya antibodi dari ibu, maka itu akan menyebabkan pemecahan sel darah merah,” jelas Dr. Martina.
Sebenarnya pembentukan antibodi ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Dr. Martina menganjurkan bagi ibu yang mengetahui bayinya berpotensi terkena bayi kuning untuk melakukan antisipasi sejak awal. Misalnya dengan memberikan ASI yang cukup dan lebih memerhatikan kecukupan nutrisi maupun cairan bayi. Sebab, walaupun pemecahan sel darah merah banyak, tapi jika cairan dan protein pembawa banyak, maka akan terbuang. (Aq/MKK)
Komen
250